BATASAN DIRI

Kita adalah..

rumah bagi diri kita sendiri, setiap orang yang datang kepada kita adalah tamu dan tidak semua tamu berhak masuk ke rumah kita. Ada yang cukup di luar pagar, ada yang cukup di ruang tamu, dan ada yang kita persilahkan masuk ke ruang privasi seperti kamar. Begitulah pula dengan orang lain, ada yang cocok dijadikan kenalan, ada cocok dijadikan teman, dan ada yang cocok dijadikan sahabat. Setidaknya itulah pelajaran yang saya dapatkan sebulan terakhir di mana konsep ini dikenal dengan batasan diri.

Saya dulu adalah orang yang sangat menginginkan orang lain suka dengan saya bahkan cenderung memaksa dia suka dengan kita, tetapi ternyata hal baik menurut orang lain belum tentu cocok untuk kita. Seperti halnya Tuhan menciptakan bumi bersama bulan yang saling menguntungkan, tetapi sehebat apa pun bulan saling memberikan manfaat tetap saja mereka mempunyai jarak dan batasan satu sama lain. Begitulah kira-kira kita dengan orang lain, sedekat apapun kita dengan teman, orang baru, sahabat bahkan keluarga tetap saja kita perlu batasan satu sama lainnya. Dulu, saya senang bercerita kepada banyak orang padahal tidak semua cerita harus dibagi. Pada akhirnya, ada orang yang tak saya sangka malah memanfaatkan cerita pribadi saya untuk kepentingan pribadi. Dulu, setiap orang yang saya anggap dekat dimintai tolong agar menasehati saya ketika ada masalah. Namun, sekarang saya paham minta nasehat kepada orang yang tepat dan benar-benar mencintai kita seperti keluarga, guru dan orang-orang yang bisa dipercaya.

Kita tidak bisa menyenangkan semua orang, tidak semua orang pula cocok dengan kita, dan kebahagiaan orang lain bukan tanggung jawab kita. Boleh berteman dengan siapapun tapi jaga batasan satu sama lain. Hidup adalah bisnis, hari ini kita tidak dibutuhkan karena sebuah perkara. Namun, bisa jadi kemudian hari orang lain membutuhkan kita karena sebuah perkara. Buatlah batasan kepada orang lain dengan cara kenali diri sendiri, lalu komunikasikan baik-baik bahwa kita tidak bisa diperlakukan melewati batasan yang telah kita buat. Istilah mengatakan, kita akan dihargai ketika kita menghargai diri sendiri. Lantas, bagaimana mau dihargai orang lain kalau kita saja tak mampu menghargai diri sendiri. Ada orang yang tak senang dinasehati di depan orang banyak, ada orang yang tak senang dipanggil tak sopan, ada orang yang tak senang ceritanya dibocorkan kesana kemari, ada orang yang tak senang dikhianati teman sendiri, ada yang tak senang nomor handphone nya dikasih tanpa izin terlebih dahulu, ada orang yang tak senang berhubungan karena kasihan serta contoh batasan lainnya. Batasan-batasan tersebut wajar saja, tetapi lebih baik lagi kalau dikomunikasikan dan kompromi satu sama lainnya, jika tak mampu ambil sikap. Jangan setiap saat orang lain harus mengerti kita, tetapi ada kalanya orang lain juga mesti mengikuti batasan yang kita buat agar lingkungan tidak menjadi toxic.

Banyak orang termasuk saya adalah orang-orang yang sangat mudah memaafkan orang lain, tetapi ternyata terlalu mudah memaafkan orang lain juga tak baik. Kini, setelah beberapa episode kehidupan yang telah dilalui, saya mengerti bahwa memaafkan itu penting, tetapi tidak semua perkara harus kembali seperti sediakala. Oleh sebab itulah, saat ini ketika ada orang yang berulang kali menyakiti, saya rasa memang perlu memaafkan karena menyimpan dendam bukan hal baik, tetapi untuk kembali seperti dulu perlu waktu. Kalaupun mau kembali seperti tidak ada masalah, maka saya pikir lebih baik memutuskan silaturahmi dengan titik yang disakiti apalagi setelah diberi kesempatan lebih dari dia kali. Jika orang lain tak mampu dipercaya, efeknya susah untuk percaya lagi, dan contoh batasan lainnya yang saya dapatkan hikmah ketika menjadi pelaku dan korban sekaligus.

 Ingat bahwa tidak enakan dengan orang lain bukan masalah kecil, tetapi masalah besar. Jika sebuah perkara merusak mental berulang kali, bahkan setelah dikomunikasikan berulang kali, maka ambil sikap. Ada masanya kita mementingkan kita daripada orang lain.

Penulis:  Yoga Saputra

Editor : Rahma Ramadhan

Jakarta, Juni 2023

Tentang IBC

Selamat datang, teman cerita.

Kami persembahkan wadah berbagi cerita, bermuara dari pengalaman hidup, mimpi dan wawasan serta ilmu pengetahuan sebagai kontribusi sajian terbaik untuk Indonesia.