MENYENTUH BATIN
Saya adalah orang yang memiliki jadwal belajar secara mandiri. Saya terbiasa membuat daftar pelajaran yang ingin Saya kuasai, tetapi belajarnya bukan melalui kelas secara formal melainkan bersifat online seperti youtube, artikel, seminar online, serta aplikasi pembelajaran. Zaman yang serba mudah seperti sekarang ini membantu Saya membangun sistem pembelajaran secara mandiri. Memang tak bisa dipungkiri adakalanya up and down alias tidak konsisten untuk menjalankan kebiasaan tersebut. Namun, Saya selalu berprinsip untuk coba terus dan coba lagi disaat kondisi semangat dan emosi stabil. Sebab menurut Saya, tak ada yang benar-benar konsisten dalam membentuk kebiasaan baik, yang ada cuma kembali mencoba lagi.
Salah satu hasil dari kebiasaan belajar mandiri secara online Saya ini adalah menulis. Saya mampu terbiasa menulis teks panjang, terstruktur, dan lebih baik dari waktu ke waktu karena belajar online sambil praktek. Hasil inilah pula yang membuat saya termotivasi supaya mencari skill apa yang ingin Saya bentuk, dan kekurangan apa yang bisa Saya tutupi dengan belajar secara mandiri ini. Bagi Saya pribadi, pencapaian belajar mandiri ini cukup membanggakan, setidaknya untuk diri Saya. Tetapi kalau ditelisik lebih dalam lagi, kebiasaan ini membentuk sisi buruk Saya yaitu terbiasa belajar online sampai lupa belajar secara tatap muka dengan guru secara langsung.

Akhirnya, banyak ilmu serta kebaikan yang sebaiknya Saya dapatkan dengan bertemu langsung guru-guru Saya, tetapi lebih memilih belajar secara online. Belajar agama contohnya, Saya sering mendengar ceramah lewat youtube, podcast, baca artikel, dan lain-lain. Ilmu Saya bertambah, namun roh keimanan Saya terasa menurun. Begitu juga dengan ilmu bermasyarakat, alangkah baiknya bukan hanya sekedar belajar teori secara online, tetapi juga berdiskusi dengan banyak pihak, sebab mempelajari masyarakat sangat kompleks dan kelompok masyarakat yang satu berbeda dengan kelompok masyarakat yang lainnya. Lebih parahnya lagi, Saya mempelajari ilmu mengenal diri sendiri seperti self-love, self reward, mengatur ekspektasi, stoikisme, dan lain sebagainya juga lewat online.
Saya sangat percaya diri pada saat telah memahami teori-teori di atas, tetapi lagi dan lagi secara subjektif Saya katakan bahwa ilmu akan lebih bisa dipahami kalau kita merasakan apa yang telah kita pelajari. Dari situlah teori-teori yang Saya pahami akan lebih ‘meresap.’ Beberapa peristiwa pun terjadi, salah satunya Saya pernah belajar, lalu Allah hadirkan ujian untuk Saya lebih paham dengan apa yang telah Saya pelajari. Akhirnya, hal itu membuat satu teori yang Saya dapatkan yakni kita akan diuji dengan apa yang kita katakan, baik perkataannya berupa tulisan maupun perkataan melalui lisan itu sendiri.
Maka dari itu, kemudahan di setiap sisi kehidupan yang sangat Kita rasakan seperti sekarang ini akan lebih terasa indah apabila Kita manfaatkan dengan bijak. Teknologi sejatinya hadir untuk mempermudah, bukan menyulitkan Kita. Jangan sampai kemudahan akses membuat renggang tali persaudaraan, malas berkomunikasi langsung, serta membentuk kebiasaan buruk dengan mengkonsumsi konten-konten yang tak layak. Seberapa pun ilmu yang kita dapatkan melalui dunia digital, tetap upayakan mencari ilmu di dunia nyata dengan diskusi, terjun langsung ke masyarakat dan lain-lain.
Sejatinya ilmu bukan hanya sekadar menambah wawasan, tetapi juga menyentuh batin dan perasaan. Tak jarang, kemudahan mencari ilmu membuat Kita enggan bertemu sapa dengan guru atau orang-orang yang berilmu di dunia nyata. Padahal nasehat-nasehat mereka yang kita temui secara langsung, terasa lebih syahdu meskipun yang ia sampaikan telah Kita ketahui, apalagi persoalan ilmu agama. Perjalanan belajar ilmu agama seseorang bukan hanya soal transfer ilmu pengetahuan, namun juga iman, roh serta ideologi yang sangat minim kita temui kalau hanya sekedar mencari ilmu melalui digitalisasi teknologi. Oleh karena itu, penting rasanya mencari guru yang tulus kepada kita. Jangan sampai ilmu makin bertambah, tapi iman dan kebaikan terus menurun bahkan hilang.
Penulis: Yoga Saputra
Editor: Yohanes Indra
Jakarta, 9 Juni 2023

Tentang IBC
Selamat datang, teman cerita.
Kami persembahkan wadah berbagi cerita, bermuara dari pengalaman hidup, mimpi dan wawasan serta ilmu pengetahuan sebagai kontribusi sajian terbaik untuk Indonesia.
